Kamis, 21 Oktober 2010

Imigrasi Tangkap 18 Imigran Afghanistan

Sumber: http://www.imigrasi.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=157&Itemid=34
Ditulis oleh Admin
Rabu, 06 Mei 2009

Sebanyak 18 imigran gelap dari Afganistan diamankan petugas kantor Imigrasi Tanjungpinang dari Pelabuhan Sribayintan, Kijang. Mereka diamankan lantaran tidak memiliki kelengkapan dokumen keimigrasian.

Warga Afganistan tersebut ditangkap ketika sudah berada di atas KM Dobon Solo (milik PT Pelni) tujuan Surabaya. Dari pengakuan pengungsi, mereka masuk ke Indonesia melalui pelabuhan tikus Desa Berakit, Malaysia. Muhammad Faqih (19), warga Afganistan yang turut ditangkap, mengaku mereka terpaksa melarikan diri dari negeranya menuju negara ketiga yang dianggap aman. Tindakan nekad tersebut dilakukan karena dipaksa kondisi negara mereka yang tidak aman.

Menurut Faqih, ia melarikan diri dari Afganistan, bukanlah perkara gampang. Untuk bisa keluar dari negaranya saja, mereka harus mengeluarkan uang senilai 10 ribu dolar Amerika atau sekitar Rp100 juta. Kendati telah mengeluarkan uang sebanyak itu, para pengungsi belum tahu pasti, ke negara mana yang dituju. Yang ada dalam benaknya, bagaimana bisa keluar dari Afganistan menuju negara yang dianggap aman untuk hidup. “Kami tidak mau lagi balik ke Negara kami. Karena untuk hidup saja kami susah dan nyawa kami sewaktu-waktu bisa melayang. Kami ingin hidup di negara lain yang kami anggap lebih aman lagi,” ucapnya. Para imgran gelap tersebut sempat membentangkan kertas yang intinya meminta pertolongan dan perlindungan. Mereka berharap badan sosial internasional dapat membantu menyelamatkan mereka. Ohan Suryana, SH, Kepala Imigrasi Tanjungpinang menyatakan, tertangkapnya para pengungsi ilegal itu berawal dari informasi yang diterima dari warga Indonesia yang berada di Malaysia. Informasi tersebut mengatakan ada puluhan warga Afganistan bertolak menuju wilayah Kepri. “Kita dapat informasi, WN Afganistan tersebut akan bertolak dari pelabuhan Kijang menuju Surabaya menggunakan Kapal Pelani. Setelah kita cek ternyata benar. Dan awalnya kita mendapatkan sebanyak 5 orang, kemudian menyusul 13 orang lainnya yang telah menyebar di dalam KM Dobon Solo tersebut,” ucap Ohan. Saat ini, ke-18 imigran tersebut sudah ditahan di rumah detensi Imigrasi menunggu koordinasi dari badan internasional IOM serta UNHCR. Dengan penangkapan18 imigran tersebut, saat ini, sudah 91 warga asing yang ditahan karena masuk secara ilegal. “Sebagian besar mereka berasal dari Afanistan, empat orang dari Srilangka dan satu orang dari Irak. Dari jumlah tersebut, terdapat 3 orang anak-anak dan satu orang wanita,” ungkap Ohan. 18 imigran asal Afganistan itu antara lain Ahmad Paras (20), Daud (18),Ali Reza ((17), Ewes (20), Said Zatif (37), Khalid ((18), Muhamad (18), Qhutam Yahya (19), Muhamad Ali (14), Mansur (45), hanif (25), Husien (34), Sadiq (20), Nasar Ali (20), Jumahan (18), Karim (25), Fida (22) dan Muh Ali (20). (sm/fl/yn)
Terakhir Diperbaharui ( Selasa, 19 Mei 2009 )

Negara Tak Bisa Asal Usir Imigran Gelap

Sumber: http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol22515/negara-tak-bisa-asal-usir-imigran-gelap
Senin, 06 July 2009

Saat ini Indonesia menampung sekitar 1404 pengungsi Ilegal yang berasal antara lain dari Iran, Afgasnistan dan Irak. Masalah pengungsi ilegal sepertinya masih menjadi permasalahan yang sulit diselesaikan.

Demikian diungkapkan Dirjen Imigrasi Depkumham, Basyir Ahmad Barmawi kepada wartawan di gedung Depkumham, Jakarta, Senin (6/7). Dengan kondisi geografis yang luas dan berbentuk kepulauan, masuknya imigran gelap ke Indonesia bukanlah suatu hal yang sulit. Hal itu, kata Basyir, ditambah dengan lemahnya pengamanan di batas wilayah.

Basyir membandingkan dengan Singapura. Dengan luas negara yang kecil ditambah dengan banyaknya kapal patroli, Singapura bisa dengan mudah mengusir para imigran di perbatasan. Bila ditekan dengan alasan hak asasi manusia, maka Singapura lebih memilih untuk menjaga hak asasi warganya sendiri dan lebih baik menolong dengan bahan bakar sehingga para imigran tidak jadi masuk ke dalam negaranya dan masuk ke negara lain.

Untuk urusan �menampung' imigran gelap, Indonesia memang baik hati. Buktinya ya itu tadi. Ada 1404 pengungsi yang ada di Indonesia. Ini karena, Indonesia sudah meratifikasi banyak konvensi PBB sehingga harus mengutamakan Hak Asasi Manusia para imigran gelap tersebut, kata Basyir.

Menteri Hukum dan HAM, Andi Matalatta membenarkan pernyataan Basyir mengenai faktor penyebab suburnya jumlah pengungsi di Indonesia. Pertama karena letak Indonesia yang ada di persimpangan membuat negara kita ini menjadi tempat transit para imigran gelap. Senasib dengan kita, negara tetangga Malaysia pun sering dijadikan transit imigran gelap pula, kata dia di tempat yang sama.

Imigran gelap yang datang ke Indonesia, lanjut Andi, biasanya berasal dari negara yang mengalami masalah politik dan ekonomi. Sebagian dari mereka, hanya menjadikan Indonesia sebagai tempat transit untuk kemudian menuju Autralia.

Kebijakan pemerintah yang tidak menolak kedatangan imigran gelap ini diamini guru besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana. Menurut dia, berdasarkan hukum internasional, Indonesia tak bisa asal mengusir para imigran gelap.

Indonesia sudah mempunyai perjanjian dengan IOM (International Organization for Migration, red), suatu badan di bawah PBB tentang bagaimana mengatasi imigran gelap. Para imigran gelap itu dibiayai oleh IOM. Mereka disortir lalu IOM yang akan mengirim orang ini bila ada negara yang mau menerima atau malah mereka bisa dideportasi, jelas Hikmahanto kepada hukumonline lewat telepon, Senin (6/7). Bisa dianggap tidak beradab (kalau mengusir imigran gelap itu). Di Australia, hal itu biasa dilakukan. Tapi kalau di Indonesia kan sudah terikat dengan konvensi-konvensi Hak Asasi Manusia. Ya sulit.

Strategi Penanganan

Meski tak boleh mengusir atau menolak kedatangan imigran gelap itu, sambung Hikmahanto, Indonesia harus memperbaiki sistem imigrasi. Setiap kedatangan imigran misalnya, dari negara-negara seperti irak, iran yang tidak mempunyai uang yang cukup, membawa tiket satu arah harus dicurigai ada kemungkinan mereka akan jadi imigran ilegal.

Jika tak diperbaiki, Hikmahanto khawatir akan terjadi konflik baru antara imigran dengan warga negara Indonesia. Sekadar contoh dari hal sepele seperti uang saku misalnya. Ketika berada di tempat penampungan, para imigran itu mendapat uang saku dari IOM dalam bentuk dolar. Bukan tidak mungkin hal ini bisa menimbulkan kecemburuan penduduk setempat.

Untuk mengatasi masalah imigran gelap ini, pemerintah sendiri sudah melakukan suatu aksi dengan membentuk sebuah satuan tugas (satgas) yang diketuai oleh Dirjen imigrasi. Satgas itu melibatkan semua instasi yang ada, termasuk IOM dan UNHCR. Satgas ini salah satunya bertugas mewawancarai dan membujuk imigran tersebut supaya mau kembali ke negara asalnya.

Hasilnya lumayan. Hingga Juli ini, Satgas berhasil mengembalikan 137 orang ke negara asalnya atas kemauan sendiri (voluntary return) yang dibiayai IOM. Ini baru pertama kali lo, voluntary return sampai 137 orang. Artinya kerja baik para petugas, pihak kedubes kita rangkul, ungkap Basyir Ahmad Bardawi

Ditjen Imigrasi, lanjut Basyir, juga telah melakukan tindakan dengan mendeportasi 36 orang di Tanjung Pinang, 4 orang Tanjung Priok dan 22 orang di Pekan Baru. Sedangkan sisanya masih dalam proses. Sementara yang lainnya masih di dalam proses lebih lanjut.
Penulis : M-8 Dibaca : 57

ASEM di Bali Bahas Terorisme dan Pengungsi Ilegal

Sumber: http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2005/bulan/11/tgl/28/time/164909/idnews/488024/idkanal/10
Fitraya Ramadhanny - detikNews

Jakarta - Indonesia akan menjadi tuan rumah pertemuan pejabat-pejabat imigrasi se-Asia Eropa. Dalam pertemuan tersebut, dibahas beberapa hal penting yang menjadi isu besar saat ini seperti pengungsi gelap, terorisme, narkotika, perdagangan manusia dan pencucian uang. Pertemuan ini akan berlangsung di Hotel Westtin, Nusa Dua, Bali,tanggal 5-7 Desember 2005. Rencananya, pertemuan ini akan dihadiri sekitar 39 delegasi dirjen imigrasi dari Asia dan Eropa. "Isu mengenai pengungsi gelap akan dibahas secara khusus. Masalah pengungsi gelap akan diselesaikan lewat joint partner antara negara-negara anggota dan organisasi internasional," kata Menkum dan HAM Hamid Awaludin, saat jumpa pers di kantornya, Jl HR Rasuna Said, Jakarta, Senin (28/11/2005). Acara yang bernama The 4th Asia-Europe Meeting (ASEM) for Director General ini mengambil tema "Management of Migratory Flows Beetween Europe and Asia". Dalam acara ini Indonesia menjadi tuan rumah untuk keempat kalinya setelah sebelumnya dilaksanakan di Spanyol (ASEM I), Cina (ASEM II) dan Belanda (ASEM III). Menurut Hamid, dipilihnya Indonesia menjadi tuan rumah dalam acara yang berlangsung tahunan ini, tidak terkait dengan masalah terorisme yang terjadi di Indonesia. "Bukan karena masalah terorisme. Dalam pertemuan ketiga, Indonesia dinilai menonjol menjadi tuan rumah karena secara geografis Indonesia menarik perhatian," tutur Hamid. Selain itu, ujar Hamid, pembahasan mengenai pengungsi ilegal akan dijadikan sebagai sarana untuk mencari solusi dalam pengurangan pengungsi ilegal di Indonesia. "Masalah pengungsi yang legal kita tidak repot karena ada UNHCR. Tapi yang ilegal ini yang menyusahkan," tandas eks anggota KPU ini. (ahm/)

Dari 85 Imigran, Baru Tiga Dievakuasi

Sumber: http://regional.kompas.com/read/2010/10/18/21074944/Dari.85.Imigran..Baru.Tiga.Dievakuasi
Senin, 18 Oktober 2010 | 21:07 WIB
SURYA/SUGIHARTO

PANDEGLANG, KOMPAS.com — Sebanyak 82 dari 85 imigran asal Sri Lanka yang terdampar di Pulau Panaitan, Kecamatan Sumur, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, masih belum berhasil dievakuasi.

"Saat ini kami masih belum berhasil mengevakuasi 82 imigran dari total 85 imigran tersebut. Kami baru dapat mengevakuasi tiga orang," kata Kepala Seksi Penegakan Hukum Dirpolair Polda Banten Iptu Arisandi kepada wartawan, Senin (18/10/2010).

Ia juga mengaku terus melakukan koordinasi dengan pihak terkait, di antaranya pihak Imigrasi, dan mencari informasi mengenai latar belakang kedatangan para imigran tersebut.

"Mudah-mudahan, secepatnya kami bisa mengevakuasi imigran tersebut sehingga latar belakang kedatangannya pun dapat kita ketahui," kata Arisandi.

Terkait dengan tiga imigran yang telah dievakuasi, dia mengatakan bahwa mereka sudah diamankan di Pos Polisi Sumur sambil menunggu 82 imigran lainnya.

Kepala Kepolisian Resor Pandeglang AKB Alex Fauzi Rasyad secara terpisah juga menjelaskan, beberapa personel dari Polres Pandeglang terlibat dalam kegiatan evakuasi itu.

"Yang memiliki kewenangan terkait kasus ini Dirpolair Polda Banten, sementara kami hanya membantu karena tempat kejadian perkaranya di Pandeglang," ujarnya.

Seperti diinformasikan, sebuah kapal yang ditumpangi 85 imigran asal Srilanka dikabarkan tenggelam di perairan Selat Sunda, tepatnya di wilayah Pulau Panitan, Kecamatan Sumur.

Tiga dari ke-85 penumpang kapal naas itu berhasil diamankan ketika mencari pertolongan kepada warga setempat.

PENCARI SUAKA Penanganan Imigran Tunggu Rekomendasi

Sumber: http://regional.kompas.com/read/2010/10/19/04165231/Penanganan.Imigran.Tunggu.Rekomendasi
Selasa, 19 Oktober 2010 | 04:16 WIB
KOMPAS/WAWAN H PRABOWO
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar mengunjungi imigran asal Afganistan dan Iran yang ditampung di sebuah gedung di Kantor Imigrasi Yogyakarta, Senin (18/10). Para imigran akan dibantu mendapatkan tempat penampungan yang layak selama menunggu proses pemeriksaan yang akan dilakukan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) dan Komisi Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi (UNHCR).

Yogyakarta Kompas - Penanganan imigran asal Iran dan Afganistan—yang ditangkap di Gunung Kidul, DI Yogyakarta, Minggu (17/10)—bergantung pada rekomendasi Organisasi Internasional untuk Migrasi serta Komisi Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi.

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar mengemukakan hal itu saat menemui 74 imigran tersebut (bukan 85 orang sebagaimana diberitakan sebelumnya) di Kantor Imigrasi Kelas I Yogyakarta kemarin.

”Apakah mereka dikategorikan imigran gelap atau hanya mencari suaka dan apakah Indonesia harus menyerahkan kepada negara mereka, lembaga tinggi PBB (Komisi Tinggi PBB untuk Urusan Pengungsi/UNHCR) dan IOM (Organisasi Internasional untuk Migrasi) yang nanti berwenang menentukan,” ujarnya.

Di Indonesia, lanjutnya, saat ini terdapat 1.300 imigran. Mereka pergi dari negaranya karena alasan politik dan kekerasan di dalam negeri mereka serta ingin mencari kehidupan yang lebih baik. Indonesia bukan negara tujuan, hanya disinggahi. ”Indonesia akan membantu,” katanya.

Dari 74 imigran yang ditangkap itu, 48 orang di antaranya adalah laki-laki, 14 perempuan, serta 12 anak-anak dan bayi. Yang berasal dari Afganistan 12 orang, sedangkan sisanya dari Iran.

Mereka ditangkap saat berada di kapal di wilayah Pantai Ngrenehan, Gunung Kidul. Untuk menuju kapal itu, dari Pantai Gesing, Gunung Kidul, mereka menggunakan perahu tradisional nelayan dengan cara menyewa.

Menurut Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Yogyakarta Salman Faris, dari 74 imigran itu, baru 80 persen yang diinterogasi. ”Yang memiliki paspor hanya seperempatnya. Ada yang mengatakan dirinya wisatawan, ada juga yang mengatakan mereka keluar dari negaranya karena di negaranya ada gejolak dan kekerasan. Mereka bilang, tujuannya Australia,” kata Salman.

Tentang jumlah imigran yang berubah-ubah, Kepala Kepolisian Resor Gunung Kidul Ajun Komisaris Asep Nalaludin mengatakan, hal itu akibat ada salah hitung. ”Ada yang belum terhitung dan ada yang dihitung dobel,” ujarnya.

Tempat penampungan imigran tersebut adalah bangunan bekas kantor imigrasi. Kantor Imigrasi Kelas I Yogyakarta yang digunakan saat ini terletak persis di sebelah bangunan karantina itu. Namun, tempat penampungan tersebut kurang aman. Itulah sebabnya, dua imigran sempat kabur. (PRA)

Kelaparan, Tiga Imigran Terjun ke Laut

Sumber: http://regional.kompas.com/read/2010/10/19/19244465/Kelaparan..Tiga.Imigran.Terjun.ke.Laut
Selasa, 19 Oktober 2010 | 19:24 WIB
SURYA/SUGIHARTO

CILEGON, KOMPAS.com - Pengakuan imigran gelap Srilanka, tiga rekannya hilang di laut setelah mereka terjun untuk mendekati kapal nelayan pancing untuk meminta makanan.

"Ketiga teman kami terjun ke laut. Sebelum terjun, mereka mengatakan sudah tidak tahan lagi karena lapar dan stres," kata salah seorang imigran, Dhanraj (19) yang ditemui di RSKM Cilegon, Selasa (19/10/2010).

Masih menurut Dhanraj yang tercatat sebagai mahasiswa di Srilanka, ketiganya sebelum terjun ke laut sempat dilarang oleh rekan lainnya, namun karena sudah tidak tahan berhari-hari tidak makan, mereka nekat terjun ke laut.

"Tidak ada makanan, air dan bahan bakar di kapal, sebenarnya kami semua sudah stres, dan sampai sekarang kami tidak tahu keberadaan teman kami itu," katanya.

Ketiga imigran gelap yang terjun dinyatakan meninggal oleh rekan-rekannya pada Senin lalu. "Dua pria dan satu wanita," katanya.

Menurut Dhanraj, sebanyak 85 orang yang terdiri 52 laki-laki dewasa, 15 perempuan dan 18 anak-anak berangkat dari Srilanka 31 Agustus lalu.

"Perkiraan kami perjalanan dari Srilanka menuju Pulau Cristmas, Australia hanya 15 hari, tapi setelah 20 hari, kapal kami masih berada di laut dan belum sampai tujuan," katanya.

Sementara perbekalan yang dibawa termasuk bahan bakar minyak kapal pengangkut mereka hanya disiapkan untuk 20 hari saja.

"Perbekalan dipersiapkan untuk perjalanan 20 hari saja, tetapi kami masih berada di laut. Kami kehilangan GPS atau alat penunjuk arah," katanya.

Kabubdit Bin Ops Polair Polda Banten, Kompol Taswin, membenarkan adanya pengakuan dari imigran, tiga rekannya terjun ketika dalam perjalanan di tengah laut.

"Pengakuan dari mereka, tiga orang rekannya itu terjun karena kelelahan dan stres," kata Taswin.

Jebol Teralis 22 Imigran Kabur dari Rudenim Denpasar

Sumber: http://regional.kompas.com/read/2010/10/20/19180293/22.Imigran.Kabur.dari.Rudenim.Denpasar-3
Rabu, 20 Oktober 2010
DENPASAR, KOMPAS.com - Sebanyak 22 imigran gelap asal Timur Tengah dari 62 Imigran yang ditahan di rumah detensi imigrasi (Rudenim) Denpasar melarikan diri dengan cara menjebol tralis ruang tahanan pada Senin (18/10/2010) dini hari. Sebelum kabur mereka sempat mengamuk dengan berteriak-teriak hingga memecahkan kaca kantor Rudenim.
Awalnya mereka ribut bahkan sampai ada yang berteriak.
-- Amir Fatah

“Awalnya mereka ribut bahkan sampai ada yang berteriak,” ujar Plt. Kepala Rudenim Denpasar, Amir Fatah saat dihubungi Rabu (20/10/2010).

Meski petugas sudah berusaha menenangkan mereka, namun karena jumlahnya terbatas suasana semakin tak terkendali.

“Ini memang karena personel kami yang terbatas. Saat kejadian petugas hanya ada 4 orang saja," imbuh Amir.

Setelah mengamuk, tidak berselang berapa lama para imigran yang kebanyakan berasal dari Afganistan ini kemudian kabur dengan menarik teralis jeruji ruang tahanan Rudenim.

“Hanya dengan cara itu mereka bisa kabur,” kata Amir.

Karena tembok dinding belakang tidak dilengkapi kawat berduri dan tidak terlalu tinggi, para imigran ini dengan mudah melompati tembok tersebut.

Saat ini pihak Imigrasi telah meminta bantuan aparat kepolisian untuk menangkap para imigran tersebut. Para imigran yang kabur ini merupakan kelompok Afganistan yang ditangkap di Kuta beberapa waktu lalu.