Senin, 12 Juli 2010

Ide Pusat Suaka Kontroversi

SYDNEY – Australia akan berdialog dengan Pemerintah Timor Leste dan Indonesia,pekan ini, untuk membahas rencana pembentukan pusat pencari suaka di Timor Leste.
Beberapa hari setelah dilantik, Perdana Menteri (PM) Australia yang baru, Julia Gillard, melontarkan rencana mendirikan pusat pencari suaka di Timor Leste.Rencana yang terkesan buru-buru ini diambil karena Julia khawatir dengan jumlah imigran asing yang terus berdatangan ke Australia.
“Pusat pencari suaka kawasan akan mengurangi kedatangan kapal imigran gelap ke Australia,”kata Gillard di depan pejabat jurusan Kebijakan Internasional Institut Lowy,Sydney. Gillard mengakui dirinya lebih suka berpikir secara sederhana. Pusat pencari suaka di Timor Leste adalah salah satu buktinya.
“Kenapa harus mengambil risiko besar jika Anda bisa dengan mudahnya mendirikan pusat urusan pencari suaka?”papar Gillard. Bagi Gillard, upaya penanggulangan imigran gelap dan pencari suaka merupakan “tantangan global”.

Pengganti Kevin Rudd itu bersikap cukup terbuka dengan memberikan beberapa detail pembentukan pusat pencari suaka. Namun,rencana Gillard ternyata dikritik sebagian pihak di Timor Leste.Menteri Luar Negeri (Menlu) Australia Stephen Smith membenarkan kondisi ini.Dia meminta pemerintah negara terkait menyikapi kebijakan ini dengan pertimbangan yang matang.
Smith yang membela Gillard mengingatkan bahwa PM Australia sudah bekerja keras demi menelurkan kebijakan ini. Bagi Smith,kebijakan pembentukan pusat pencari suaka merupakan sesuatu yang sulit. Dia ingin semua pihak menghargai apa yang tengah diupayakan Gillard. Dia tidak menyangka bakal mendapat respons yang jauh dari ekspektasi awal.
“Orang-orang yang kami harapkan bakal mendukung rencana ini ternyata kurang menghargai realitas sebuah isu besar di kawasan, bukan hanya Australia,”ujar Smith. Ditambahkan Menlu Australia, pihaknya akan secepatnya mendiskusikan rencana Gillard dengan dua pemerintah yang diketahui memberikan reaksi secara cepat, yaitu Indonesia dan Timor Leste.
“Saya akan mendiskusikan masalah pusat pencari suaka itu di Indonesia pekan ini dan kami akan mulai mendiskusikan secara detail dengan Timor Leste,”papar Smith. Semua berawal ketika Gillard, beberapa waktu lalu,menuturkan dia sudah mengadakan dialog dengan Pemerintah Timor Leste.
Disebutkan Gillard, pemerintah kedua negara telah mendiskusikan isu penyelundupan manusia, khususnya yang dibawa naik kapal ke perairan Negeri Kanguru. Dalam diskusi tersebut, Julia turut menekankan penyediaan rumah bagi para imigran. Dia melihat Timor Leste sebagai salah satu tempat yang memungkinkan untuk mendirikan pusat pencari suaka.
Ternyata,rencana Gillard mendapat banyak kritik di Timor Leste. Gillard yang telah berbicara dengan Presiden Timor Leste Jose Ramos-Horta diprotes karena tidak membicarakan rencana tersebut dengan Perdana Menteri (PM) Timor Leste Xanana Gusmao.
Padahal, Xanana Gusmao memiliki hak dan kekuasaan yang lebih besar dibandingkan Ramos- Horta. Gillard kembali dikritik karena tidak mengonsultasikan rencananya dengan Indonesia yang selama ini menjadi tempat singgah utama para imigran sebelum menuju Australia.
Gillard merasa rencananya sudah matang karena telah berdiskusi dengan pejabat internasional terkait,termasuk Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Pengungsi Antonio Guteres dan PM Selandia Baru John Key.
Gillard menyatakan akan menerapkan kebijakan tegas dalam masalah imigran. Kebijakan ini berbeda dengan Rudd yang lebih terbuka dan moderat dalam masalah imigran. Orang tua Julia merupakan imigran. Bersama kelompok imigran lain, mereka berhasil masuk ke Australia pada 1966. Selama bertahun- tahun, Australia menjadi destinasi utama para pencari suaka.
Mereka masuk ke perairan Australia dengan menumpang kapal atau perahu secara ilegal. Semua yang pernah menjabat PM Australia menjadikan isu imigran sebagai persoalan penting. Dari tahun ke tahun, jumlah imigran bukannya berkurang,tapi justru semakin banyak.

Di satu sisi, Australia membutuhkan imigran dengan kete-rampilan tinggi untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja ahli di sektor industri.Namun, di sisi lain, kalau warga Australia semakin bertambah, pekerjaan pemerintah pun kian menumpuk. (Koran SI/Koran SI/Koran SI/anastasia ika) (//faj)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar